Eksistensi Diri Manusia: Antara Dunia Maya dan Dunia Nyata (Bagian 3)


[Melanjutkan tulisan sebelumnya]

2. Eksistensi dalam Kehidupan Sosial

Seorang manusia memang mengakui bahwa dia itu ada di dunia ini. Dia mengakui dirinya berada di dunia ini. Namun keberadaan dirinya, sebagai makhluk sosial belum tentu benar di hadapan manusia lainnya. Jadi keberadaan seseorang di dunia ini, khususnya dalam kehidupan sosial harus ditunjukkan kepada orang lain bahwa benar-benar dia itu ada. Keberadaan seseorang di hadapan orang lain bisa disebut sebagai eksistensi diri manusia dalam kehidupan sosial. Menunjukkan diri seseorang bahwa dia itu ada dalam kehidupan sosial musti ada karena itu sebagai pengakuan tentang keberadaannya di lingkungan sosial. Jangan sampai keberadaannya dianggap sebagai ketiadaan bagi orang lain dalam kehidupan sosial. Jadi, walaupun diri seseorang menganggap bahwa dirinya itu ada atau eksis, namun karena lingkungannya menganggap dirinya tidak ada, maka seseorang tersebut tidak akan diakui keberadaannya. Sehingga akan muncul ungkapan bahwa “Ada dia sama dengan ketiadaannya”. Bahkan lebih jauhnya lagi, jangan sampai keberadaannya di kehidupan ini tidak diharapkan oleh lingkungan atau orang lain. Jangan sampai menjadi orang yang “Ketiadaanya lebih baik daripada keberadaannya”.

Sumber foto: http://www.cooltownstudios.com/images/socialnetwork-pillowfight.jpg

Penunjukkan diri bahwa diri seseorang itu ada dalam kehidupan ini sangat penting. Sehingga keberadaannya di kehidupan ini sangat bermakna bagi kehidupan, sangat bermanfaat bagi kehidupan. Adanya dia dalam kehidupan tersebut sangat dinantikan oleh orang lainnya. Sehingga orang ini disebut sebagai orang yang baik. Ini sesuai dengan ungkapan bahwa “orang yang baik adalah orang yang memiliki manfaat bagi lingkungannya”.

Masalah eksistensi ini juga merambah ke dunia maya. Di dunia maya, masalah eksistensi menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi warga dunia maya, khususnya warga facebook. Eksistensi berkaitan dengan seringnya seseorang tersambung atau berada di dunia maya tersebut. Eksistensi ini berkaitan juga dengan keberadaannya (waktu yang digunakan) di dunia maya. Semakin sering atau lama seseorang tersambung ke dunia maya, itu menunjukkan keeksistensiannya di dunia maya.

Namun demikian seseorang yang tersambung ke dunia maya tidak serta-merta bisa menunjukkan eksistensi dirinya di dunia maya. Karena eksistensi ini bukanlah pengakuan tentang keberadaannya oleh diri sendiri, tapi pengakuan keberadaannya di mata orang lain. Eksistensi ini dinilai oleh orang (pihak) lain yang mengetahui keberadaannya. Jadi seseorang yang walaupun terus tersambung ke dunia maya, belum tentu diketahui keberadaannya oleh orang lain, sehingga eksistensinya diragukan.

Untuk itu, di dunia maya ini, khususnya facebook, diberikan sarana untuk menunjukkan keberadaannya, sehingga keberadaan seseorang di dunia maya tersebut bisa diketahui oleh orang (pihak) lain. Salah satu sarana yang bisa dijadikan petunjuk mengenai eksistensi seseorang di dunia maya (facebook) adalah ketika mengunjungi facebook dan masuk ke akun, seseorang akan dihadapkan pada pertanyaan: “What’s your mind?” atau dalam bahasa Indonesianya “Apa yang Anda pikirkan?” Dengan mengisi pertanyaan ini, maka keberadaan seseorang akan diketahui oleh orang (pihak) lain, minimal teman di dunia maya (facebook). Karena apa yang ditulis oleh seseorang untuk menjawab pertanyaan ini akan muncul di halaman home atau beranda orang lain atau teman. Jadi dengan mengisi pertanyaan ini, seseorang telah menunjukkan eksistensi dirinya di hadapan orang lain.

Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa pertanyaan ini yang muncul? Bukan pertanyaan “Apa yang Anda lakukan?” atau pertanyaan “Mau ke mana Anda hari ini?” Untuk menjawab pertanyaan ini memang, agak susah, karena harus menelusuri dahulu siapa yang pertama kali mengajukan pertanyaan ini. Sehingga akan diketahui maksud dan tujuan dari dimunculkannya pertanyaan tersebut. Namun dengan mencoba menggali mengenai kehidupan, kehidupan ini harus diawali dengan pikiran, impian, hati atau lamunan. Apa yang menjadi pemikiran atau bahan pemikiran akan mempengaruhi juga perjalanan kehidupan. Apa yang dipikirkan seseorang, akan mempengaruhi perbuatan dan ucapan dalam menjalani kehidupannya. Pikiran yang ada dalam hati, dalam pikiran, dalam akal, akan dicurahkan dalam praktek kehidupan. Pikiran ini jika ditelaah akan menjurus pada keyakinan. Keyakinan yang dipegang, yang menjadi sumber pikiran dalam mengarungi kehidupan. Jadi apa yang dipikirkan seseorang akan mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam kehidupannya.

Di dunia maya, dengan mengetahui jawaban yang ditulis oleh seseorang untuk menjawab pertanyaan ini, minimal bisa membaca bagaimana perilaku atau sifat dari orang tersebut. Apalagi jika dengan menelusuri urutan jawaban seseorang tersebut, akan diketahui runtutan atau urutan pikirannya. Tapi, jawaban seseorang ini tidak mesti mencerminkan pikiran sebenarnya. Karena melihat kondisi dunia maya yang tidak diketahui akan dibawa ke mana arahnya, tidak semua orang yang menjadi warga dunia maya (facebook) yang mau dan bisa mencurahkan pikiran yang sebenarnya.

Jadi, dengan mengisi jawaban atas pertanyaan apa yang sedang dipikirkan, menjadi salah satu sarana bagi warga dunia maya (facebook) untuk menyatakan eksistensi diri di dunia maya (facebook).

Sarana lain yang bisa digunakan untuk menunjukkan eksistensi di dunia maya ini adalah:

  1. Berbagi foto atau dokumentasi. Dengan cara meng-upload foto, akan diketahui oleh orang lain.
  2. Mengisi atau mengomentari jawaban atas pertanyaan “apa yang sedang dipikirkan” orang lain atau teman
  3. Membuat catatan.
  4. Mengomentari catatan orang lain.
  5. Bergabung dalam forum diskusi.
  6. Kegiatan lainnya yang disediakan oleh facebook. Karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang warga biasanya akan tercatat di dinding (wall) orang tersebut.

Nah, sekarang bagaimana dengan eksistensi diri di dunia nyata?

Eksistensi, sebagaimana disebutkan di atas, bukanlah keberadaan seseorang di hadapan dirinya, namun di hadapan orang lain. Keberadaan seseorang akan berarti atau bernilai jika keberadaannya tersebut diakui oleh pihak lain. Keberadaannya menjadi bermanfaat bagi pihak lain. Jadi apa yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka menunjukkan keberadaannya dalam kehidupan sosial ini, harus memiliki manfaat bagi orang (pihak) lain. Kebermanfaat seseorang, dalam hal perilaku di kehidupannya harus berangkat dari pikiran tentang kebermanfaat dirinya bagi kehidupan. Karena perilaku seseorang akan berasal atau didasari oleh apa yang dipikirkannya, aya yang menjadi pikirannya. Jadi ini sangat berhubungan dengan apa yang menjadi pertanyaan ketika seseorang yang menjadi warga facebook berkunjung ke facebook.

Apapun yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan ini, dilandasi oleh apa yang dipikirkannya. Lebih jauhnya, dilandasi oleh apa yang diyakininya.

Jika dalam dunia maya (facebook), seseorang yang berkunjung ke situs facebook dihadapkan pada pertanyaan mengenai pemikirannya, maka apakah ketika dalam kehidupan di dunia nyata dihadapkan juga pada pertanyaan serupa? Mungkin saja. Untuk memulai eksistensi dalam kehidupan nyata, untuk memulai aktivitas dalam kehidupan nyata yang berarti menunjukkan eksistensi diri, maka akan lebih baik jika didahului dengan membetulkan atau menyatakan apa yang menjadi pikirannya atau keyakinannya. Sehingga dalam mengarungi kehidupan di dunia nyata ini (beraktivitas) itu memiliki efek eksistensi yang baik, sehingga eksistensi atau keberadaannya dalam kehidupan nyata ini benar-benar diakui, benar-benar memiliki manfaat dalam kehidupan nyata.

[Bersambung]